WEEKLY NEWS

 Perancis Dekati Jerman Menjelang Jabat Ketua EU

 

Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift:  Sarkozy dan Merkel, ibaratnya berada di bawah satu payung, untuk menghadapi tantangan di tatanan Uni Eropa.

 

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy kini melakukan pendekatan kepada kanselir Jerman Angela Merkel, demi sukse programnya sebagai ketua Dewan Uni Eropa pada paruhan kedua tahun ini.

 

Pada semester kedua tahun ini, sesuai rotasi Perancis akan memegang jabatan ketua Dewan Uni Eropa. Karena itu, untuk persiapannya presiden Perancis, Nicolas Sarkozy hari Senin (9/6) siang waktu setempat  menggelar pertemuan puncak bilateral dengan kanselir Jerman, Angela Merkel di Straubing Jerman. Dalam pertemuan yang ke -9 dewan menteri Jerman-Perancis yang juga dihadiri para menteri luar negeri, pertahanan, ekonomi dan lingkungan kedua negara itu, tema utama pembicaraan adalah politik energi dan iklim Uni Eropa. Tema lainnya yang akan dibahas antara lain, kesepakatan reformasi Uni Eropa yang disebut persetujuan Lissabon, politik pertahanan Eropa, politik imigrasi serta pengurangan subsidi pertanian.

Pertemuan antara Merkel dan Sarkozy kali ini menjadi amat menarik. Karena menurut rencana semula, pertemuan puncak itu akan digelar bulan Maret lalu. Namun Sarkozy membatalkannya dengan alasan padatnya jadwal kerja. Sarkozy lebih memilih memperpanjang lawatannya ke Afrika Selatan dengan wisata safari dalam rangka bulan madunya bersama Carla Bruni. Secara tidak resmi kedua tokoh politik puncak Jerman-Perancis itu memang tetap melakukan pertemuan.

Pertemuan tidak resmi terakhir adalah sebulan lalu, ketika Merkel menerima anugerah Karl yang Agung di kota Aachen, dimana Sarkozy menyampaikan pidato sambutan utama. Dalam pidatonya itu ia memuji Merkel. Sarkozy mengatakan : “Saya bahagia bisa bekerjasama dengan Angela Merkel. Seorang perempuan yang saya hormati. Ia berani dan cerdas, dimana dalam 12 bulan terakhir saya bertemu 12 kali dengan dia.“

Perubahan sikap Sarkozy terhadap Merkel ini merupakan strategi politiknya dalam menghadapi masa jabatan ketua Dewan Uni Eropa mulai awal Juli mendatang. Nicolas Sarkozy memerlukan Angela Merkel agar masa jabatannya sebagai ketua Dewan Uni Eropa pada semester kedua mendatang mencapai sukses. Demikian pakar ilmu politik dari Institut IRIS, Jean-Pierre Maulny. Ketua Dewan Uni Eropa tidak dijalankan sendirian. Perancis selama enam bulan, akan menjadi jurupenengah diantara 27 negara anggota, untuk memajukan proyek yang sudah matang. Peranan ketua dewan adalah bagaimana mencapai konsensus seluas-luasnya. Untuk itu Perancis memerlukan Jerman.

Konsensus diperlukan misalnya saja dalam tema utama pertemuan dewan menteri Jerman-Perancis hari Senin ini, yakni energi dan iklim. Diantara kedua negara masih terdapat ganjalan menyangkut persyaratan perlindungan iklim bagi pabrik otomotif. Mobil-mobil buatan Perancis rata-rata lebih kecil dan lebih bersahabat dengan lingkungan, dibanding limousin buatan Jerman yang menghasilkan emisi karbon dioksida lebih banyak. Namun menjelang pertemuan puncak di Straubing itu, kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan optimis, dapat menemukan pemecahan berupa pembagian beban lingkungan secara adil. Walaupun begitu, tidak diharapkan dapat ditemukan pemecahan sengketa dalam waktu singkat.

Di belakang layar, kedua pihak terus melakukan tawar menawar. Baik menyangkut tema emisi mobil-mobil buatan Jerman, maupun tuntutan pengurangan subsidi pertanian di Perancis. Sebelumnya Merkel menegaskan : “Tentu saja diantara kami berdua akan selalu tercapai kesepakatan, jika menyangkut hal yang penting.“

Tema lainnya, seperti kesepakatan reformasi Uni Eropa dan politik imigrasi, diduga dapat mencapai kompromi dalam pertemuan di Jerman itu. Sebab masalah reformasi dan imigrasi, merupakan tantangan bagi Eropa yang harus dipecahkan dalam tatanan Eropa pula.

 

 

 

| 03.06.2008 | 12:00 UTC

Menhan Jerman: Pasukan ISAF Akan Tinggal Lebih Lama di Afghanistan

BERLIN: Tentara dan polisi di Afghanistan dalam lima hingga sepuluh tahun lagi siap untuk memberikan pelayanan keamanan di negara itu. Demikian diungkapkan Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef Jung dalam sebuah wawancara televisi Jerman ZDF. Baru setelahnya dapat dibicarakan mengenai penarikan mundur pasukan pelindung internasional untuk Afghanistan ISAF. Hari Selasa ini (03/06) Menteri Pertahanan Jung mengeluarkan keputusan mengenai penugasan gerak cepat militer Jerman di Afghanistan. Mulai 1 Juli mendatang, Jerman secara resmi mengambil alih tugas pasukan ISAF dari Norwegia di kawasan utara Afghanistan. Penugasan pasukan gerak cepat tersebut merupakan penugasan pasukan tempur Jerman pertama di Afghanistan. sumber : http://www.dw-world.de

Euro 2008

Semangat Jadi Modal Jerman

Selasa, 3 Juni 2008 – 16:02 wib
Reporter: Muhammad Hasits
detail
Foto: AP
VIENNA – Meski dihuni pemain dengan kualitas dunia, Der Panzer belum optimis mampu membawa trofi Euro ke Jerman. Untuk itu, semangat juang dan tak kenal lelah akan dikobarkan Timnas Jerman pada Euro 2008.

Motivasi itu dicetuskan pemain belakang Jerman Christoph Metzelder. Menurutnya, masih banyak yang harus dilakukan dalam persaingan di Euro 2008. Apalagi, tim Panzer sendiri sangat kesulitan jika harus meladeni permainan cepat yang diperagakan oleh tim lawan.

“Setiap tim mempunyai kualitas yang berbeda dan ada kelebihannya. Tapi ini adalah turnamen yang besar, hal itu tidak akan berpengaruh,” ujar Metzelder seperti dilansir dari eurosport, Selasa (3/6/2008).

Diakui Metzelder, Jerman memang mempunyai skuad kelas dunia, sebut saja Michael Ballack dan striker Miroslav Klose yang pernah menjadi top skor pada piala dunia tahun 2006. Namun, menurut Metzelder, di Euro mempunyai atmosfer yang berbeda dibandingkan dengan Piala Dunia.

“Dalam Euro kami akan menampilkan permainan yang beda, dengan atmosfer yang bagus dan semangat bertanding,” jelasnya.

Oleh karena itu, dirinya menginginkan kemenangan saat Jerman meladeni tim Polandia pada pertandingan perdananya dalam Euro 2008 nanti. “Kami membutuhkan kemenangan melawan Polandia,” tegas Metzelder.

(fmh/Okezone)

Pers Internasional | 27.05.2008

Calon Presiden SPD Picu Krisis Pemerintahan Koalisi Jerman

Nominasi Gesine Schwan (kanan) oleh ketua SPD Kurt Beck (kiri) menjadi kandidat presiden mendatang, memicu krisis di koalisi pemerintahan Jerman.

Partai Sosial Demokrat-SPD menggoyahkan pemerintahan koalisi besar dengan nominasi Gesine Schwan menjadi kandidat presiden. Ongkos politik yang harus dibayar SPD dengan pencalonan ini cukup tinggi.

Nominasi Gesine Schwan menjadi kandidat presiden Jerman dari partai Sosial Demokrat-SPD, menantang kandidat partai Uni Kristen CDU/CSU, presiden Jerman saat ini Horst Köhler dikomentari sejumlah harian internasional.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar :

Boleh jadi Gesine Schwan sukses menjadi perempuan presiden pertama Jerman dalam pemilu mendatang. Peluangnya kali ini cukup besar. Terutama jika SPD mampu meraih suara dari Partai Kiri-Die Linke. Akan tetapi sukses SPD tidak akan berlangsung lama. Sebab ongkos politik yang harus dibayarkan kepada Partai Kiri akan sangat mahal. Tidak ada lagi yang mempercayai ketua SPD, Kurt Beck yang menyatakan tidak akan menjalin koalisi dengan Partai Kiri. Tapi semua itu bukan hanya strategi Beck, melainkan keputusan bulat dari para petinggi partai sosial demokrat. Mula-mula SPD di negara bagian Hessen yang bergeser ke kiri. Sekarang pergeseran ke kiri itu semakian terasa diperhitungkan dengan cermat.

Sementara harian Austria lainnya yang juga terbit di Wina Die Presse yang berhaluan konservatif berkomentar :

Gesine Schwan adalah tokoh yang simpatik. Namun pencalonannya sebagai kandidat presiden merupakan kesalahan besar SPD. Pertama, hal itu akan melumpuhkan pemerintahan koalisi besar. Sebab nominasinya berarti membuka masa kampanye panjang selama satu setengah tahun. Dan kedua, partai sosial demokrat-SPD menghadapi risiko kalah, karena kelompok kanan masih menguasai mayoritas di majelis untuk pemilihan presiden Jerman. Dan ketiga, kemenangan Schwan akan merugikan kepercayaan kepada SPD. Karena kemenangan hanya dapat dicapai dengan dukungan suara dari Partai Kiri-Die Linke. Juga hal itu mengisyaratkan, setelah pemilu parlemen tahun 2009 mendatang, tidak tertutup kemungkinan terbentuknya pemerintahan koalisi merah-merah-hijau.

Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar :

Koalisi besar pemerintahan Jerman menghadapi masa krisis. Dengan pencalonan Gesine Schwan, ketua partai SPD Kurt Beck secara terbuka menantang ketua partai CDU, kanselir saat ini Angela Merkel yang menjadi mitra koalisinya. Partai CDU/CSU menghendaki calonnya Horst Köhler memangku jabatan presiden untuk kedua kalinya. Konflik internal di pemerintahan koalisi besar itu akan menimbulkan kerugian besar. Karena jalannya pemerintahan bisa lumpuh sampai berakhirnya periode legislatur di akhir tahun 2009 mendatang.

Dan terakhir harian Jerman Kölner Stadt Anzeiger yang terbit di Köln berkomentar:

Dengan pencalonan Gesine Schwan, SPD dengan cerdik membuka pintu bagi Partai Kiri-Die Linke. Tapi jika Schwan memperoleh suara dari Partai Kiri, terdapat bahaya bahwa SPD tidak lagi dipercaya oleh pemilihnya. Sebab dalam pemilu parlemen mendatang, SPD juga tidak akan dapat terlepas dari dukungan Partai Kiri untuk menentukan kanselir baru. Ini adalah ironi sejarah. Sebab kini peluang partai Kristen dan partai liberal FDP menjadi semakin besar, untuk dapat memenangkan pemilu parlemen mandatang dan melanjutkan tradisi koalisi pemerintahan hitam-kuning.

sumber : http://www.dw-world.de

Konferensi Keragaman Hayati PBB di Jerman

Dipublikasi: Selasa 20 Mei 2008 07:05 WIB
Diperbaharui: Selasa 20 Mei 2008 07:12 WIB
Bonn, Jerman – Di kota Bonn Jerman mulai berlangsung Konferensi tahunan PBB tentang keragaman hayati. 10 hari mendatang utusan 191 negara akan membicarakan tindakan untuk menghentikan punahnya binatang dan tumbuhan tertentu. Dalam pidato pembukaan, menteri lingkungan Jerman Sigmar Gabriel berseru agar kekayaan alam dibagi dengan lebih adil. Akibat industrialisasi, kekayaan alam menipis dan negara miskin tidak mendapat apa-apa. Gabriel juga mengkhawatirkan nasib binatang dan tumbuhan yang terancam punah. Seperempat dari semua hewan mammalia, satu dari delapan jenis burung dan 70% dari jenis tumbuhan terancam punah.
Berita | 19.05.2008 | 23:00 UTC
Menteri Lingkungan Jerman Serukan Perlindungan Hayati

BONN: Seruan untuk melindungi dasar kehidupan manusia membuka Konferensi PBB ke sembilan untuk Keragaman Hayati. Di Bonn, Menteri Lingkungan Jerman, Sigmar Gabriel mengimbau wakil negara anggota PBB yang berkumpul untuk berusaha lebih keras melawan punahnya ragam hayati. Keterkaitan antara punahnya berbagai jenis hayati dan perubahan iklim global menyebabkan percepatan perubahan di bumi. Kini setiap harinya, hampir 70 jenis hewan dan tanaman yang punah. Selama dua minggu mendatang, sekitar 6 ribu pakar berunding mengenai bagaimana melindungi ruang hidup hayati dan memperlambat kepunahan.

09.05.2008

60 Tahun Israel: Hubungan Bilateral dengan Jerman

Simbol bendera Jerman (kiri) dan bendera Israel (kanan)

Menurut kalender Yahudi tanggal 8 Mei negara Israel tepat berusia 60 tahun. Meskipun hubungan Jerman-Israel berkembang di berbagai bidang, namun tetap dibayangi catatan sejarah yang kelabu.

Di depan parlemen Israel Knesset tahun 2005 lalu, dalam pidatonya Presiden Jerman Horst Köhler mengatakan

„Antara Jerman dan Israel tidak akan dapat terjadi apa yang disebut normalitas.“

Sepuluh tahun pertama setelah holocaust, negara demokrasi muda Jerman memiliki tanggung jawab moral besar atas pembunuhan warga Yahudi. Ini merupakan tantangan terberat bagi Kanselir Jerman saat itu Konrad Adenauer

„Kami harus memperbaiki sedapat mungkin apa yang telah dilakukan Nasionalsosialis NAZI terhadap warga Yahudi.“

Memperbaiki mula-mula berarti pembayaran ganti rugi. Pemerintah Jerman membayar ganti rugi 3,45 milyar DM kepada Israel. Pembayaran ganti rugi menjadi perdebatan di Israel, karena uang tidak dapat mengganti apapun. Untuk menjabat tangan warga Jerman pun bagi banyak warga Israel saat itu tidak terbayangkan. Tapi bagi perdana menteri pertama Israel Ben Gurion, hal itu mungkin, ketika tahun 1960 bertemu dengan Adenauer di New York

„Saya tiba pada keputusan, bahwa kami menghadapi Jerman yang sangat lain. Yang bukan NAZI Jerman dan tidak akan lagi menjadi NAZI Jerman. Masyarakatnya sudah berubah dan juga dunia sudah berubah. Kami memang tidak boleh lupa apa yang telah terjadi, tapi juga tindakan kami tidak boleh didasarkan apa yang telah terjadi. Karena apa yang telah terjadi tidak dapat diubah atau dianggap tidak pernah terjadi.“

Bagi sikapnya yang berdamai dengan Jerman, di dalam negeri Ben Gurion mendapat kritik tajam, sementara untuk pendekatannya dengan Israel Adenauer mendapat tekanan dari negara-negara Arab. Tahun 1965, 20 tahun setelah perang dunia ke-dua Republik Federal Jerman dan Israel menjalin hubungan diplomatik. Rolf Pauls, duta besar pertama Jerman untuk Israel disambut dengan protes.

Tahun-tahun berikutnya kedua negara semakin mendekat secara hati-hati. Antara masyarakat sipil berkembang jaringan hubungan. Bagi Israel penting, bahwa Jerman menunjukkan solidaritas di masa-masa sulit, misalnya saat perang dengan negara-negara Arab tetangganya. Harapan ini dikabulkan Jerman setiap saat, juga 60 tahun setelah pembentukan negara Israel. Bagi menteri luar negeri Jerman Frank Walter Steinmeier, keamanan Israel tidak dapat ditawar

„Jerman memiliki tanggung jawab istimewa terhadap negara Israel, melindungi dan mempertahankan hak eksistensinya. Itu tetap menjadi dasar politik Jerman.“

Namun hal ini juga membawa dilema bagi Jerman untuk bersikap dalam konflik Israel-Palestina. Seperti yang dikatakan Köhler, normalitas dalam konteks hubungan Jerman dengan Israel sulit terjadi. Tidak semua ingin mendengar pidato dalam bahasa Jerman di Knesset, juga pada tahun 2008. Tapi sebagian besar anggota parlemen menyambut tepuk tangan panjang dan ramah, ketika Kanselir Angela Merkel mengucapkan selamat untuk 60 tahun terbentuknya negara Israel. (sumber : http://www.dw-world.de/)

Politik dan Ekonomi | 12.03.2008

Tajuk : Merkel Tolak Misi Militer Jerman di Afganistan Selatan

Kanselir Angela Merkel saat mengunjungi tentara Jerman di Afganistan

Laporan PBB menunjukkan bahawa aksi kekerasan di Afganistan terus bertambah. Alasan ini yang membuat Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer menuntut keterlibatan militer Jerman dalam misi di Afganistan Selatan.

Saat ini tidak ada yang mau bertukar peran dengan Angela Merkel di NATO. Setiap saat ia bertemu dengan pejabat tinggi NATO, ia selalu dikonfrontasi dengan tuntutan agar militer Jerman turut bertempur di Afganistan Selatan. NATO menganggapnya sebagai keinginan yang masuk akal. Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer Selasa (11/03) berada Berlin dan kembali mengungkit hal tersebut. Menurut de Hoop Scheffer, tidak mungkin sebuah negara bertempur untuk NATO, sementara yang lainnya hanya bersedia turun jika diperlukan saja.

Di sisi lain, Angela Merkel tahu persis, bahwa tidak cukup mayoritas dalam parlemen Jerman yang akan mendukung keputusan pengiriman militer Jerman ke Afganistan Selatan. Lagipula ada alasan lain yang bisa dimengerti. Sebagian besar masyarakat Jerman menolak misi semacam itu. Semakin buruk berita yang datang dari Afghanistan, semakin lantang suara penolakan. Siapa yang menolak habis-habisan misi militer Jerman ke Afganistan, seperti Partai Kiri, bisa dipastikan akan meraih simpati dalam pemilihan parlemen 2009.

Angela Merkel benar, jika ia lebih mendukung kerjasama dalam bidang bantuan sipil dan perlindungan militer. Dengan ini ia tidak hanya memperoleh persetujuan dari parlemennya sendiri. Hanya dengan cara ini-lah Taliban bisa diperangi untuk jangka panjang. Tetapi juga dapat dimengerti, jika mitra NATO yang lain tidak ingin menanggung sendiri wilayah yang beresiko. Di negara-negara tersebut persetujuan untuk misi ke Afganistan juga mulai goyang.

Dilema yang klasik. Apa pun keputusan Merkel, hasilnya pasti tidak menyenangkan. Misi militer Jerman ke wilayah selatan, saat ini tidak memperoleh dukungan dari parlemen. Di pihak lain, tekanan dari mitra NATO semakin kuat. Dalam rapat pimpinan tentara Jerman di Berlin, perdebatan tentang peran Jerman juga ditangguhkan. Paling lambat pada KTT NATO di Bukarest tiga minggu mendatang, tema ini akan kembali diangkat.

Diskusi ini disulut oleh laporan terbaru PBB. Tahun 2007, kekerasan di Afganistan meningkat secara drastis. Angka yang tercatat adalah yang tertinggi semenjak dimulainya invasi Amerika Serikat tujuh tahun yang lalu. Pembagian tugas sekutu NATO hanyalah sebagian dari keseluruhan masalah yang ada. Dan yang lebih menarik lagi, strategi yang selama ini diluncurkan, tidak mencapai hasil yang diinginkan.

Kebebasan Jerman juga dibela di Hindukush. Demikian slogan mantan Menteri Pertahanan Jerman Peter Struck. Sementara itu ada satu masalah lagi. Misi Afganistan akan juga menunjukkan seberapakah kemampuan sekutu militer terkuat di dunia ini dalam berunding. Saling menuduh dan membenarkan pihak yang lain tidak menggantikan strategi apa pun.

Bagaimana pun juga, masih ada pemerintah Afganistan. Baru minggu lalu, Menteri Luar Negeri Spanta untuk kesekian kalinya menuntut ‘Afghanisasi’ pembangunan di negaranya. KTT NATO berikutnya akan menawarkan kesempatan untuk merundingkan tuntutan ini dalam konteks strategi keseluruhan yang lebih baik. Sebaiknya, secepat mungkin. Kini sudah musim semi di Afganistan, musim yang biasanya digunakan kelompok Taliban untuk melancarkan serangan. (http://www.dw-world.de)

Senin, 10/03/2008 19:51 WIB

Jerman mulai kutuk Israel

oleh : Antara

BERLIN: Jerman Senin mengutuk rencana Israel membangun ratusan rumah baru di kawasan pendudukan Yerusalem Timur dan Tepi Barat, dengan menyerukan hal itu tak dapat diterima dan merupakan suatu ancaman atas proses perdamaian Timur Tengah.”Kami berharap dapat melihat dimulainya kembali pembicaraan langsung antara pihak Israel dan Palestina. Pengumuman rencana untuk memperluas permukiman di tempat-tempat tertentu sudah tentu tak membantu,” kata jubir Departemen Luar Negeri Jerman, Martin Jaeger.Ia mengatakan pemerintah Jerman berpendapat bahwa rencana membangun permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur saat ini tak dapat diterima.”Kami melihatnya dapat menimbulkan bahaya bagi proses perdamaian,” katanya.

Ia menyatakan Jerman mendesak Israel agar menahan diri dan membongkar permukiman yang ada karena telah mengganggu pembentukan negara Palestina seperti dalam peta jalan internasional bagi perdamaian Timur Tengah.

Pihak berwenang di Yerusalem mengatakan Senin mereka merencanakan membangun sekitar 400 rumah baru di sebuah permukiman Yahudi yang berada di bagian timur kota itu.

Pihak Palestina menginginkan kawasan tersebut sebagai ibukota negaranya.

Akhir pekan lalu Israel juga mengumumkan rencana membangun ratusan unit rumah baru di suatu permukiman di Tepi Barat.

Pengumuman tersebut muncul menyusul serangan terhadap sebuah sekolah agama Yahudi di Yerusalem Barat Kamis. Seorang Palestina menembak mati delapan orang saat kejadian itu.

Masyarakat internasional tak pernah mengakui klaim Israel atas Yerusalem Timur dan pihak Palestina telah menuntut penghentian kegiatan permukiman di seluruh kawasan yang diduduki dalam perang 1967. (http://web.bisnis.com)

Jerman Berencana Kirim Tentara Tambahan ke Kosovo

Jerman akan mengirim lebih banyak tentara ke Kosovo setelah pergolakan akibat pernyataan kemerdekaan wilayah yang sebelumnya menjadi salah satu provinsi Serbia itu, kata sumber di angkatan bersenjata Jerman, Jumat (29/2).

Jerman akan memberangkatkan tentara tambahan dari Bavaria dalam beberapa hari sebagai bagian dari pelatihan, tapi pengiriman itu juga bermaksud memamerkan kekuatan pasukan tersebut berkaitan dengan kekerasan baru-baru ini, kata sumber itu.

Kosovo, yang berpenduduk 90% suku Albania, mengumumkan kemerdekaannya dari Serbia pada 17 Februari dan pernyataan itu dibalas dengan unjuk rasa sehari-hari, kadang-kadang keras, warga Serbia. Dengan dukungan Rusia, Serbia dan 120.000 warga suku Serbia Kosovo sisanya menolak pemisahan diri dukungan Barat tersebut.

Jerman mempunyai lebih dari 2.000 tentara di Kosovo, yang merupakan bagian dari 16.000 lebih anggota pasukan keamanan KFOR pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO. (Ant/Reuters/OL-03)

Media Indonsia.com

Tinggalkan komentar